Surveyor dan TLS

Saat ini segala sesuatu dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan dengan cepat, tepat dan efisien. Tidak terlepas dari kegiatan survei pemetaan. Banyak teknologi terbaru yang sudah diaplikasikan dalam bentuk peralatan pemetaan. TLS (Terrestrial Laser Scanner) merupakan peralatan yang digunakan untuk mendapatkan posisi dari setiap permukaan objek yang terkena sinar laser yang ditembakan.Data hasil ukuran ini sering juga disebut dengan Poin Cloud.Kebanyakan TLS saat ini, dapat menghasilkan jutaan poin cloud setiap detiknya.

Apakah yang membedakan TLS dengan peralatan yang sudah biasa kita gunakan, seperti Total Station atau Waterpass?

TLS (Terrestrial Laser Scanner) merupakan hasil pengembagan dari teknologi Total Station, dimana pada total station biasanya menghasilkan 1 point setiap sekali transmit laser sedangkan pada TLS dapat menghasilkan jutaan poin cloud setiap detiknya. Karena menghasilkan poin cloud yang banyak, TLS mampu menghasilkan kumpulkan point cloud yang memiliki bentuk yang menyerupai dengan objek yang sedang dipindai membentuk model 3D.

Apa kegunaan model 3D dalam pemetaan ? Bukan kah peta biasa nya hanya memiliki tampilan 2D seperti pada atlas, peta kerja atau peta rencana pembangunan.

Nah.., dengan kemajuan zaman, pemetaan saat ini juga dituntut harus mengikuti perkembangan. Dengan adanya pemetaan 3D sehingga membuat peluang kerja bagi profesi surveyor bertambah banyak. Seperti pembuatan Building Information Modelling, analisis pasca kecelakaan, monitoring konstruksi dll.

Kenapa harus profesi surveyor ? Karena dari dulunya sejak kita menggunakan T0, Total Station dan Waterpass kita sudah diajarkan bagaimana cara melakukan akuisisi Sudut dan Jarak yang baik dan benar agar menghasilkan koordinat yang akurat. Demikian juga dengan TLS, kita diharuskan menghasilkan data point cloud yang akurat agar dapat menghasilkan data 3D yang informatif. Misalkan data model 3D struktur bangunan yang akurat dapat menghasilkan informasi analisis, tentang seberapa besar kerusakan dan perkiraan penyebab dari kerusakan struktur bangunan.

Selain itu TLS juga memiliki metodologi pekerjaan yang lebih sederhana dibandingkan alat ukur lainya. Yaitu :

  1. Akuisisi data TLS. Pada saat akuisisi data TLS ini, kita disarankan menempatkan TLS di posisi yang menghasilkan overlap 40% dengan pengukuran sebelumnya. Agar menghasilkan model yang akurat
  2. Registrasi. Pada tahap ini data dari hasil akuisisi digabungkan. Bisa melalui registrasi koordinat tempat berdiri alat, atau biasanya menggunakan metode point to point yaitu menggabungkan setiap akuisisi berdasarkan bentuk yang sama, dihasilkan dari data overlap pada saat akuisisi.
  3. Georeferensi. Pada tahap ini kita kita mentransformasi koordinat lokal point cloud menjadi koordinat global.
  4. Filtering. Pada tahap ini melakukan seleksi point cloud yang dianggap noise ataupun objek yang tidak diinginkan dalam analisis nantinya.

Pemodelan 3D. Pada tahap ini point cloud yang telah difilter telah menghasilkan objek 3D yang akurat. Dari data model ini, dapat dianalisis untuk mendapatkan fenomena yang terjadi pada objek.

Tidak hanya TLS, akuisisi data dengan menghasilkan jutaan point cloud setiap detiknya pada survey pemetaan dapat juga dilakukan dengan metode backpack LiDAR, Drone Lidar, Mobile Scanning dll