Apa itu Point Cloud ?

Hasil ukuran yang didapatkan dari total station ataupun GNSS RTK, sering kita sebut dengan “Koordinat”. Koordinat adalah perpotongan dari garis latitude dengan garis bujur sehingga akan menunjukan lokasi pada suatu daerah yang terdiri dari nilai x,y dan z.

Point cloud adalah sekumpulan titik yang merepresentasikan bentuk permukaan objek yang dipindai, yang menghasilkan koordinat 3D (X,Y dan Z). Yang membedakan dengan koordinat biasa adalah, point cloud mengandung data RGB yaitu Red Green and Blue yang memberikan warna pada setiap titik, sehingga dapat membentuk model 3D yang menyerupai dengan objek yang dipindai.

Jumlah data point cloud yang dapat diakuisisi dalam 1 detik bisa mencapai seratus ribu sampai dengan jutaan point cloud, sehingga akan membentuk wujud objek yang sedang dipindai beserta warnanya. Kumpulan point cloud yang memiliki bentuk dan warna dari objek, bisa digabungkan dengan data point cloud yang lain secara otomatis berdasarkan bentuk dan koordinat lokal dari point cloud.

Dalam bidang konstruksi sering kita mendengar istilah blue print yaitu gambar rancangan suatu bangunan konstruksi, dan As Built Drawing (ABD) yaitu gambar eksisting setelah melakukan proses pembangunan.

Dalam proses pembangunan perlu melakukan monitoring agar konstruksi terbangun sesuai dengan Blue Print. Apabila monitoring dilakukan hanya melalui foto visual saja akan kurang akurat, dengan adanya akuisisi data point cloud kita dapat melihat update pembangunan eksisting tahap demi tahap, dimana data tersebut dapat kita bandingkan langsung dengan blue print (rancangan dasarnya). Hampir semua komponen dalam proses pembangunan dapat di cover sehingga sangat membantu dalam proses monitoring.

Berikut proses nya :

  1. Pertama melakukan akuisisi data menggunakan drone lidar atau pun TLS (terrestrial laser scanner), lalu hasil yang kita dapatkan adalah point cloud. Pada dasarnya, point clouds hasil pemindaian memiliki sistem koordinat lokal yang mengacu pada tempat berdirinya alat, sehingga untuk menyeragamkan sistem koordinat dari semua point clouds yang dihasilkan perlu dilakukan registrasi.
  2. Kemudian point cloud tersebut di georeferensi yaitu pemberian koordinat pada setiap point cloud. Setiap poin cloud yang sudah memiliki koordinat kemudian di Filter berdasarkan objek yg kita butuhkan, misalkan disaat kita ingin membentuk kontur, jadi semua objek diatas tanah kita hilangkan, sehingga tersisa hanya layer ground saja
  3. Setelah kita melakukan filterisasi point cloud terhadap objek yang kita pindai, kemudian kita menginterpolasi point cloud tersebut sehingga menjadi bentuk solid/ 3 dimensi. Dari model 3d yang kita hasilkan sudah menjadi data yang apabila dianalisis menghasilkan beberapa informasi.